Tergantung Musiknya
Segala sesuatu itu ada awalnya. Mari kita persempit skalanya kepada objek bernama diri kita sendiri. Diri kita ini berawal dari dulu kita lahir. Kemungkinan besarnya kalau anda sedang membaca tulisan ini, anda telah melalui semacam didikan dalam bentuk apapun itu sehingga anda dapat membaca. Lalu berkembanglah kita menjadi lebih. Lebih apa? Ya lebih besar, lebih tua, lebih dewasa, lebih bijaksana dan lebih lebih lainnya. Semua itu pasti bermula dari suatu titik.
Nah, sekarang, kata mulai itu dapat diartikan dengan sangat sederhana. Ya mulai. Mengawali sesuatu. Tapi sejatinya, kadang kita tidak tau dan tidak sadar dimana titik mulai itu sendiri. Seperti contohnya kenapa sih kita dulu mau sekolah? Apa yang kita lihat? Apa yang membuat kita mulai punya keinginan untuk sekolah? Atau misalnya ingin membuka usaha, bagaimana sih cara memulainya? Apa sih yang benar-benar harus dilakukan sekarang ini? Mungkin misalnya anda dalam posisi benar-benar tidak tau mau melakukan apa setelah anda lulus kuliah, anda duduk dikamar, tidak punya kolega untuk berduet, pun modal materipun abu-abu pekat? Lalu anda mendengar sebuah rekaman, atau podcast, tentang motivasi-motivasi yang tetap saja menyuruh anda semangat dan berteriak "mulai saja!" tapi tidak benar-benar tau situasi anda secara teknis. Saya tidak bilang itu tidak efektif lho ya. Saya percaya banyak sekali orang yang termotivasi akan suatu hal baik itu pidato, ceramah, atau bahkan daun jatuh sekalipun.
Hmm, banyak sekali bukan pembahasan mengenai pra-mulai -- yang bahkan kita belum mulai untuk membahas kata mulai itu. Lalu mungkin anda mulai untuk kembali melihat judul dari tulisan ini dan mulai bertanya-tanya, apa sih ini judul dan isi tidak nyambung?! Nah, lihat kan, anda barusan mulai untuk berfikir!
Secara teknis, memulai itu sendiri harus dimulai dengan bantuan-bantuan. Bantuan ini bisa banyak jenisnya. Motivasi adalah bagian dari bantuan tersebut. Tapi motivasi itu juga adalah produk yang dihasilkan -- dalam kasus ini, dirasakan-- atas adanya hal-hal yang membuat kita termotivasi. Jadi, bagaimana untuk mulai termotivasi? Nah loh, jadi yang mau dimulai apa? Mulai memotivasi diri atau mulai apa yang mau kita mulai?
Dari pembahasan memulai ini, muncullah kata Niat dalam labirin lurus pikiran saya. Berniat itu pun juga ada caranya. Yang banyak diyakini orang adalah niat tersebut akan lebih baik kalau disebutkan didalam hati. Misalnya "Oke hari ini saya harus makan sate". Itu contohnya. Tapi, bukankah niat itu adalah wujud dari peng-iya-an atau tercapainya kesepakatan antara anda dan diri anda sendiri yang telah memutuskan untuk memulai sesuatu? Maka anda perkuat dengan niat. Itupun juga sudah berdasarkan pengaruh dari berbagai macam perhitungan, pengetahuan dan data serta informasi yang sudah anda punya sebelumnya yang mana semua itu adalah bantuan-bantuan "ghaib" yang kemungkinan besar tidak anda sadari aktivitasnya. Nah loh, jadi bagaimana cara memulai itu sendiri?
Jangan-jangan nih ya, jangan-jangan memang tidak ada yang bisa kita mulai sendiri secara merdeka?
Yaah kalau boleh agak pribadi sih ya, saya sih tergantung musiknya saja. Kebetulan lagi mendengarkan musik sedih, ya dapat suntikan hormon sedih, jadinya menulis yang sedih-sedih. Kalau lagu metal, ya hormon semangat. Kalau sakit perut, ya ke toilet. Usaha kita cuma sebatas minum yoghurt.
Comments
Post a Comment