Budaya Latah, Latah Budaya

Latah

Adalah sebuah fenomena --kalau boleh saya sebut "syndrome"-- yang sedang mewabah di lingkungan saya. Sebenarnya bukan baru-baru ini saja mewabah. Kalau dalam bahasa inggris, ini ceritanya pakai present perfect. Orang yang mengidap latah ini ada banyak juga jenis responnya. Kalau di internet-internet bisa berupa lisan, bisa juga perbuatan seperti lompat-lompat atau mengikuti atau mengulangi perbuatan si pencetusnya. Pencetusnya ini bisa beragam. Yang jelas selalu dari luar pemikiran si penderita latah. Biasanya karena kaget, atau memang kaget terus. Kaget terus itu contohnya sudah dikagetkan berkali-kali di waktu yang berdekatan tapi masih kaget juga. Itu bisa disebut penderita yang sudah kronis. Latah kronis.

Itulah yang biasa disebut dengan latah, yaitu reaksi yang "unik" saat seseorang mendapatkan "trigger" tertentu. Nah belakangan latah ini mengalami perkembangan dan banyak orang semakin tertular. Mereka juga melakukan sebuah reaksi atas pencetusnya. Objek pencetusnya adalah sebuah kebudayaan, yang jaman sekarang merambat melalui media internet. Dan "dilatahi" oleh sebagian teman-teman sebangsa setanah air.

Lain halnya dengan latah sebenarnya, latah budaya ini tidak spontan. Dengan kata lain melalui proses dulu yaitu proses filter yang dilakukan oleh masing-masing individu. Saya tidak mengerti apa yang dipikirkan sosialita terkenal sekarang ini sehingga sebuah budaya mereka ikuti, tetapi yang jelas itu juga melalui proses filter, entah filter panjang ataupun filter pendek. Filter yang dipakai ini terbentuk dari beberapa hal, banyak sekali. Yang paling dasar adalah lingkungan. Faktor eksternal yang satu ini sangat berpengaruh pada filter manusia terutama diawal pembentukan filter pada alam bawah sadar. Alam ghaib bawah sadar ini jangan dikesampingkan, seringkali mereka tidak disamping, tapi diatas. Lingkungan ini bisa mempengaruhi faktor pendidikan juga. Lalu bagaimana orang yang tidak terpengaruh dengan lingkungannya? Bahkan lingkungannya yang terpengaruh dengan dia. Kalau ini bisa banyak faktor juga, faktor internal contohnya. Tapi faktor internal ini dapat pengaruh darimana, ya tergantung masing-masing juga.

Maksudku, tidak mengapa mengikuti sesuatu. Tidak mengapa latah diawal, kalau memang harus latah. Namanya juga latah, harusnya tak sengaja. Minimal, ketahuilah apa yang kamu latahi. Minimal cobalah cari tahu apa yang kamu lakukan. Kalau kamu latah suka lagu korea, ya tidak apa apa. Asal memang kamu yang suka loh ya, bukan karena semua teman kamu suka dan membicarakannya setiap hari disekolah atau ditempat kerja. Kalau kamu merokok, ketahuilah kenapa kamu merokok. Jangan karena mengikuti temanmu, biar selingkungan. Ketahui apa itu rokok, teliti dan putuskan. Dengan begitu, kamu tidak akan berhenti mencari. Kamu akan terus penasaran dan penasaran sehingga kamu mencari tahu, dan kamu akan mengetahui banyak dalam perjalanan hidupmu. Kamu akan terkaget-kaget dan keheranan serta kagum dengan mahakarya yang disebut dengan nama "dunia" ini. Jangan jadikan latah itu budaya dan budaya itu hasil dari latah.

Hal aneh selanjutnya kalau kita melakukan sedikit pencarian di Google dan masuk ke situs wikipedia berbahasa Indonesia, maka kita akan menemukan definisi latah sebagai berikut (langsung saya copy paste bulat-bulat tanpa merubah narasi):
Latah adalah suatu keadaan fisik di mana penderita secara spontanitas mengeluarkan respon (berupa ucapan kata-kata atau kalimat dan sering disertai gerakan tubuh) terhadap suara atau gerakan yang sifatnya mengagetkan penderita. Sejauh ini, latah baru ditemukan di budaya dan orang Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Oleh sebab itu, latah dianggap sebagai suatu sindrom khusus kebudayaan.

Nah, loh?


@harrismaulana November 2018

Comments

Popular posts from this blog

Artificial Environment

Welcome to my Blog

Catatan Seorang Gadget Freak saat Membeli Smartphone [ Penjelasan Rekondisi, Second ori dll]